1. Karena al-Quran adalah firman Allah SWT, maka sesungguhnya anda saat hafal firman ini dalam hati anda maka ia akan menjadi perbuatan yang paling agung secara mutlak. Karena hafal al-Quran akan membukakan bagi anda seluruh pintu-pintu kebaikan. Dan mengingatkan anda bahwa kepentingan yang utama yang menyebabkan datangnya tuan seluruh manusia SAW adalah al-Quran.
2. Sesungguhnya hafal al-Quran berarti sesungguhnya anda mengambil untuk setiap satu huruf sepuluh kebaikan. Sebagai contoh jika anda mengetahui bahwa huruf-huruf surat terpendek dari al-Quran yakni surat al-Kautsar adalah 42 huruf, dan surat ini dapat dibaca dalam 5 detik, maka ini berarti susungguhnya anda setiap kali membacanya maka akan bertambah persediaan anda di sisi Allah SWT 420 kebaikan, dan
setiap kebaikan dari kebaikan-kebaikan ini lebih utama apabila dibandingkan dengan dunia dan seisinya.
3. Al-Quran berisi ilmu-ilmu dunia dan akhirat Berisi cerita orang-orang terdahulu dan orang-orang yang akan datang. Berisi banyak hakikat-hakikat ilmiah, hakikat-hakikat alam, hakikat-hakikat kedokteran, dan hakikat-hakikat agama.Berisi pula semua hukum-hukum, perundang-undangan, dan peraturan-peraturan yang mengatur kehidupan seorang yang beriman dan membuatnya mendapat banyak kebahagiaan. Ini adalah Kitab yang agung, yang satu-satunya menceritakan kisah kehidupan anda mulai dari yang pertama. Menceritakan saat terpenting dalam hidup anda, yaitu saat kematian dan hal-hal sesudahnya. Menceritakan dengan ketelitian yang sempurna akan hari akhir dan kehidupan yang akan terjadi di dalamnya secara kekal,
adakalanya di surga, dan adakalanya di neraka, yang kita semua berlindung kepada Allah darinya. Ini berarti ketika anda hafal al-Quran berarti anda hafal sebagian besar ensiklopedi secara mutlak.
4. Al-Quran ini, orang yang menghafalnya dan memeliharanya dengan baik akan menjadi temannya saat kematian. Dan akan menjadi pembela anda dan penolong anda di hari dimana orang yang paling dekat kekerabatannya dengan anda pun menjauhkan diri. Rasulullah SAW bersabda:
Bacalah al-Quran, karena sesungguhnya ia akan menjadi penolong bagi sahabat-sahabatnya di hari kiamat. adakah disana saat yang lebih indah ketika anda berhadapan dengan Allah SWT pada hari kiamat dan anda hafal firman-Nya dalam hati anda ?
5. Saat anda hafal al-Quran, anda akan memiliki gaya bahasa yang kuat sebab kefasihan (balaghah) ayat-ayat al-Quran. Anda akan memiliki lebih banyak kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain, menahan beban dan kesabaran. Anda akan berada dalam kebahagiaan yang tak terlukiskan. Maka menghafal al-Quran bukanlah sekedar menghafal suatu kasidah syair, suatu cerita atau suatu lagu. Bahkan sesungguhnya saat anda menghafal al-Quran sesungguhnya terjadi perubahan dalam pandangan anda untuk
segala sesuatu di sekeliling anda, dan akan terjadi perilaku anda akan mengikuti apa yang anda hafalkan.
Siti Aisyah, semoga Allah meridloinya, pernah ditanyai tentang akhlak Rasulullah SAW, maka beliau berkata : Akhlaknya adalah al-Quran . Maka jika anda menginginkan agar akhlak anda seperti akhlak
Rasulullah SAW maka hendaklah anda menghafal al-Quran.
6. Al-Quran adalah obat untuk penyakit-penyakit jasmani dan jiwa. Jika membaca surat al-fatihah pada orang sakit dapat menyembuhkannya, maka bagaimanakah dengan orang yang hafal kitab Allah secara sempurna ? Anda akan terlepas dari godaan setan, akan bertambah kekebalan tubuh anda akan penyakit-penyakit yang disebabkan perubahan besar yang akan melewati anda ditengah-tengah hafalan al-Quran
anda.
7. Hanya dengan anda memutuskan menghafal al-Quran maka tidak ada waktu yang tersisa bagi anda untuk menganggur, bosan, perasaan gelisah, kesedihan atau ketakutan. Al-Quran akan menghilangkan setiap kesusahan, kesedihan, timbunan-timbunan masa lalu. Hafal al-Quran itu seperti tempat pengosongan untuk muatanmuatan yang tertarik yang memenuhi otak anda. Dan karena itulah saat anda memulai rencana ini anda akan merasa seakan-akan anda telah dilahirkan kembali. Akan tetapi apa yang menghalangi di antara kita dan hafalan al- Quran dalam hati kita ?
SMP Bait Al-Qur'an Kayuagung
PONDOK PESANTREN BAIT AL-QUR'AN KAYUAGUNG
SMP Bait Al-Qur'an Kayuagung adalah sebuah sekolah yang mencetak generasi Qur'ani dan berakhlak mulia serta memilikki wawasan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Sabtu, 27 April 2013
Senin, 07 Mei 2012
Mendidik anak dengan Al-Qur'an
Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar (QS. Lukman: 13). Dari ayat tersebut dapat kita ambil pokok pikiran sebagai berikut, pertama orang tua wajib memberi pendidikan kepada anak-anaknya. Kedua dalam mendidik prioritas pertama adalah penanaman akidah, pendidikan akidah diutamakan agar menjadi kerangka dasar dan landasan dalam membentuk pribadi anak yang soleh.
Dalam mendidik hendaknya menggunakan pendekatan yang bersifat kasih sayang, hal ini dapat kita cermati dari seruan Lukman kepada anak-anaknya, yaitu “Yaa Bunayyaa” (Wahai anak-anakku), seruan tersebut menyiratkan sebuah ungkapan yang penuh muatan kasih sayang, sentuhan kelembutan dalam mendidik anak-anaknya. Indah dan menyejukkan. Kata Bunayya, mengandung rasa manja, kelembutan dan kemesraan, tetapi tetap dalam koridor ketegasan dan kedisplinan, dan bukan berarti mendidik dengan keras.
Mendidik anak dengan keras hanya akan menyisakan dan membentuk anak berjiwa keras, kejam dan kasar, kekerasan hanya meninggalkan bekas yang mengores tajam kelembutan anak, kelembutan dalam diri anak akan hilang tergerus oleh pendidikan yang keras dan brutal. Kepribadian anak menjadi kental dengan kekerasan, hati, pikiran, gerak dan perkataannya jauh dari kebenaran dan kesejukan.
Kelembutan, kemesraan dalam mendidik anak merupakan konsep Al-Quran, apapun pendidikan diberikan kepada anak hendaknya dengan kelembutan dan kasih sayang. Begitu juga dalam prioritas mendidik diutamakan mendidik akidahnya terlebih dahulu, dengan penyampaian lembut dan penuh kasih sayang. Mudah-mudahan anak akan tersentuh dan merasa aman di dekat orang tuanya, kenapa dalam mendidik perlu diutamakan akidah terlebih dahulu? Kenapa tidak yang lain? Jawabnya adalah karena akidah merupakan pondasi dasar bagi manusia untuk mengarungi kehidupan ini. Akidah yang kuat akan membentengi anak dari pengaruh negatif kehidupan dunia. Sebaliknya kalau akidah lemah maka tidak ada lagi yang membentengi anak dari pengaruh negatif, apakah pengaruh dari dalam diri, keluarga, maupun masyarakat di sekitarnya.
Kenapa harus akidah? Karena dengan akidah anak selamat dunia dan akherat, akidah adalah modal dasar bagi anak menapaki kehidupan, dapat dibayangkan apa yang terjadi jika seorang anak tidak mempunyai akidah yang kuat, pasti anak-anak itu akan mudah terserang berbagai virus-virus kekejian, kemungkaran, kemunafikan, dan kemaksiatan kepada Allah, imunitas keimanan anak akan lemah, dan pada akhirnya anak terjebak dalam kelamnya dunia ini. Terbawa arus deras gelapnya kehidupan, tenggelam dalam kubangan kemaksiatan, kegersangan hidup dan kesengsaraan batin.
Akidah adalah asas untuk membangun Islam. kalau asasnya sudah bagus maka Islam akan tegak dalam diri anak, kenapa dewasa ini banyak anak-anak yang tidak tegak agamanya, tidak kuat akidahnya sehingga banyak terjadi penyelewengan, semua itu terjadi akibat pemahaman akidah yang dangkal, sehingga mudah goyah pendiriannya dan akhirnya roboh. Memang kalau kita perhatikan orang tua jaman sekarang tidak banyak yang menekankan pendidikan akidah kepada anak-anaknya. Orang tua tidak merasa sedih dan takut kalau anaknya terjebak kepada keimanan yang rapuh, orang tua tidak pernah mengeluh kalau anaknya tidak membaca Al-Quran, menghafal Al-Quran, tetapi orang tua akan marah kalau anaknya tidak pergi les matematika, les fisika, les komputer, orang tua tidak merasa takut kalau anaknya tidak pergi mengaji, bayaran iuran mengaji terlambat, orang tua khawatir kalau anaknya belum bayar iuran bulanan les matematika, fisika dan lain sebagainya. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa sikap orang tua terhadap pendidikan masih tebang pilih, kurang adil dalam mendidik anak-anaknya, para orang tua terkesan berat sebelah, padahal pendidikan seharusnya diterima anak secara utuh, baik pendidikan yang berupa keduniaan dan keakheratan, di antaranya adalah pendidikan akidah.Untuk itu, langkah awal dalam mendidik anak adalah penanaman akidah, tidak yang lain. Kalau akidah anak sudah kuat maka apa saja bangunan keahlian yang akan di dirikan dalam diri anak akan kokoh, apakah menjadi tentara, polisi, dosen, pengusaha, ilmuwan dan lain sebagainya. Kalau akidah sudah kuat, kalaupun menjadi polisi ia akan menjadi polisi yang beriman, tentara beriman, hakim beriman, ilmuwan beriman, presiden yang beriman, yang pasti pondasi keimanan akan bersemayam dalam dirinya.
Dalam ayat di atas, juga tergambar bahwa mendidik anak bukan hanya tanggung jawab ibu tetapi juga menjadi tanggung jawab bapak. Selama ini kebiasaan dalam masyarakat kita dalam mendidik anak lebih berat kepada kaum ibu, dengan alasan ibulah yang sering bertemu dan bercengkerama dengan anak, sedangkan bapak lebih diidentikkan dan diposisikan sebagai kepala rumah tangga, lebih khusus diletakkan pada tanggung jawab dalam aspek ekonomi dan finansial sedangkan aspek edukasi terabaikan. Sehingga yang terjadi adalah peran bapak dalam mendidik anak terabaikan, akibat lebih jauh adalah anak menjadi kurang interaksinya dengan bapaknya, anak akan mendekat dan bertemu wajah dan berbicara dengan bapaknya kalau ada perlu, ketika akan meminta uang jajan. Padahal, dalam konsep Al-Quran peran bapak dalam mendidik anak sangat besar, hal ini dapat kita cermati dari peran Lukman dalam mendidik anak-anaknya. Peran Yaqub dan Ibrahim dalam mendidik anak-anaknya. Untuk itu sudah saatnya orang tua mulai berbagi dan berkerjasama dalam mendidik anak, perlu duduk bersama membicarakan langkah dan metode yang tepat untuk anak-anaknya.
Setelah akidah anak kuat, orang tua perlu menekankan pendidikan pada aspek ibadah seperti salat, berdakwah dengan memberi contoh terlebih dahulu, seperti mencegah diri dari yang mungkar dan selalu melakukan kebaikan. Setelah itu memberi nasehat kepada orang lain untuk meninggalkan kemungkaran dan mengerjakan kebaikan. Dan yang tidak kalah penting adalah sabar dalam menghadapi cobaan hidup. Sebab hidup itu ibarat di lautan, kadang-kadang ombak besar dan menggila dan menghempaskan kapal kita, lain waktu lautan menjadi sangat bersahabat sehingga kapal kita dapat berlayar dengan tenang tanpa gangguan. Demikian juga hidup, tidak selamanya bahagia, tidak selamanya sedih, kadang dalam kemiskinan, terkadang dalam keadaan kaya. Untuk itu sebagai orang tua yang bijak perlu mendidik anak-anaknya untuk bersabar menghadapi berbagai cobaan hidup. Allah berfirman,”Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”(QS. Lukman: 17)
Ayat di atas, memberi pengajaran kepada para orang tua untuk selalu memantau salat anak, apakah salatnya sudah dilaksanakan dengan baik, lengkap syarat, rukunya, apakah salatnya sudah dilaksanakan liam kali seharisemalam, atau masih ada yang tinggal? Orang tua di tuntut untuk peduli terhadap ibadah salat anaknya. Sebab salat adalah tiang agama, kalau anak-anaknya telah mendirikan salat dengan baik dan benar rukun syaratnya, berarti anak-anak kita telah menegakkan agama, sebaliknya kalau anak-anak kita masih banyak meninggalkan salat, salatnya masih asal-asalan, maka anak-anak kita telah mulai meruntuhkan agama. Akibat dari tidak terkontrolnya salat anak oleh orang tua akan berujung kepada lahirnya sikap acuh terhadap kebaikan dan mendekat dan tertariknya untuk melakukan kemungkaran. Karena pada dasarnya mendirikan salat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar.”Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Ankabut:45).
Orang tua yang berperan mendidik dan mengontrol salat anak-anaknya, penekanan dalam mendidik anak setelah akidah adalah mendirikan salat, setelah salat didirikan, maka dilanjutkan dengan mengarahkan pada pendidikan dakwah, penyampaian kebenaran dan pencegahan kemungkaran. Menyebarkan kebaikan, dan memberantas kemungakaran, baik dengan cara memberi contoh, dengan lisan, maupun perbuatan. Menanamkan dalam diri anak untuk selalu sabar menghadapi berbagai cobaan kehidupan dengan sabar semua akan menjadi baik, dengan sabar pikiran menjadi cemerlang, dengan sabar akan banyak jalan penyelesaian, sebab hanya dengan sabar orang akan terselamatkan, dengan sabar manusia menjadi dekat dengan Tuhan, karena kesabaranlah Allah menjadi cinta.
Dan tidak kalah pentingnya adalah mendidik akhlak anak. Orang tua yang sadarkan pentingnya kepribadian anak-anaknya akan berusaha menjadi teladan yang terbaik bagi anak-anaknya. Baik dalam perkataan maupun perbuatan, dalam taraf perkembangan jiwa dan kepribadiannya, anak meniru apa yang dilihatdan dengar. Kalau orang tua kurang hati-hati dalam bertindak dan bertutur kata, hingga anak-anaknya mengetahui dan mendengar, maka anak secara reflek akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Maka benar kata Rasulullah Saw bahwa anak terlahir dalam keadaan fitrah orang tuanya yang akan membentuk anak-anaknya, apakah menjadi Nasrani, Yahudi maupun Majusi, menjadikan anak yang soleh, berakhlak mulia atau berakhlak buruk. Peran orang tua sangat besar terhadap pembentukan karakter kepribadian anak-anaknya. Di sisi lain, masyarakat sekitar dan pendidikan juga memberi andil yang besar dalam membentuk karakter dan akhlak anak, untuk itu para orang tua hendaknya lebih-hati-hati dan selektif dalam mencarikan lingkungan bermain dan pendidikan untuk buah hatinya.
Paparan di atas, dapat dipahami beberapa hal penting, pertama, mendidik menjadi tanggung jawab kedua orang tua. Kedua, pendidikan pertama yang harus diberikan kepada anak adalah penanaman akidah yang benar. Ketiga, setelah pendidikan akidah, langkah pendidikan berikutnya adalah mendidik anak agar mencintai dan mendirikan salat lima waktu dengan sadar tanpa ada paksaan. Keempat, mendidik anak untuk berjiwa pendakwah, yaitu suka memberi contoh dalam berbuat baik dan meninggalkan kemungakaran. Kelima, menekankan pendidikan kepada aspek akhlak yang mulia, seperti, sabar, qanaah, tawadhu, dermawan dan akhlak mahmudah lainnya. Allahu A’lam.
Langganan:
Postingan (Atom)